Irene Pandiangan adalah seorang penulis muda yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Seorang pelajar dari SMA NEGERI 1 TARUTUNG, dan salah satu pegiat literasi kelahiran 28 Maret 2007, yang kini telah memiliki tujuh buku baik puisi dan cerpen.
Buku yang dimaksud adalah buku antologi cerpen Penguasa Kedamaian jilid 2 berjudul “Soliter”, buku antologi cerpen Di Balik Hujan berjudul “Secercah Harapan”, buku kumpulan puisi Matahari Merah & Bulan Biru dengan tujuh puisi oleh Irene Pandiangan.
Penulis juga telah mendapatkan Piagam Penghargaan sebagai Penulis Nasional dan Sertifikat Kompetensi Menulis oleh penerbit Nyalanesia pada 14 Juli 2022.
Penulis juga telah menerbitkan karyanya dalam buku antologi puisi Goresan Karya berjudul “Sarau Teruna”, dan telah mendapatkan Sertifikat sebagai Penulis Terpilih event cerpen, puisi, dan quotes Nasional oleh penerbit Lisa Publisher 5 Maret 2023.
Disusul dengan buku Jejak Kisah berjudul “Adi Luhur”, dan mendapatkan Sertifikat Penghargaan Juara Harapan 3 oleh penerbit Ononiha Publisher bekerja sama dengan penerbit Lintang semesta Publisher 18 Juli 2023, dan kini masih terus menulis, namun dua buku lainnya masih di meja penerbit.
Irene mulai menulis sejak tahun 2019, namun pada saat itu dirinya tidak begitu serius untuk menulis, akan tetapi selalu konsisten dalam menulis.
Hampir setiap hari Irene menulis puisi dan quote di status wa nya.
Banyak orang bilang bagus dan banyak pujian lainnya yang Irene terima dari hasil tulisan yang dirinya post di status WhatsApp miliknya.
Awalnya Irene tidak ada keinginan untuk menulis karya-karya seperti sekarang, apalagi untuk menerbitkan buku
”Buat apa nulis ginian, berisik tau status wa itu itu aja!” komentar orang-orang yang tidak memahami arti kebahagiaan tersendiri dalam menulis.
“Bagiku hidupku adalah untuk menulis dan menulis adalah untuk hidup. Mengapa saya berkata demikian? Sebab, menulis menyelamatkanku dari banyaknya perkara-perkara hidup, kesusahan bahkan kesedihan hati. Menulis bagiku adalah penyalut luka, pelepas rindu, emosi, dan pelipur lara,” balas nya dengan tenang komentar tersebut
“Saya tidak ingin curhat atau ingin mendapat sanjungan dari teman-teman pembaca. Tapi ada satu hal yang harus kalian tahu. Saya menulis bukan karena terinspirasi dari penulis manapun tapi ini adalah panggilan hati saya. Banyak hal yang membuatku merasa tertekan bahkan mengalami depresi, hal ini terjadi tahun lalu. Sejak ibu saya divonis mengidap penyakit cancer dan pada akhirnya meninggal, saya betul-betul jatuh dalam kesedihan yang sugguh membuatku tertekan. Sedikit demi sedikit cerita ibuku aku tuliskan di salah satu buku antologi kepunyaanku baik dalam bentuk cerpen atau puisi dan berencana untuk menuliskan perjalanan singkat hidupnya dalam sebuah novel,” tuturnya secara detail.
Irene tidak ingin bercerita panjang lebar tapi jika teman-teman ingin bertanya sesuatu, kalian juga bisa menghubunginya di akun instagram @Yen. Zerop.
Intinya, Irene punya keinginan untuk menginspirasi anak-anak remaja yang saat ini sedang kesulitan mencari teman bercerita untuk memulai hidup berliterasi.
Kalian akan tahu rasanya setelah kalian membebaskan beban-beban hidup yang benar-benar sulit kalian lupakan.
Itu sangat bagus jika kalian ingin berbagi cerita.
Saya tidak menyangka, berkat usaha dan selalu konsisten, saya bisa menginspirasi banyak orang, dan saya berprinsip untuk terus berkarya sampai semua wish list itu terwujud satu persatu.
Ada satu falsafah Batak yang selalu dipegang oleh Irene Pandiangan.
Yakni, Taludo Gogo Dibahen Nunut, artinya, kekuatan akan kalah karena kerajinan yang disertai keteguhan hati.
Sumber: Bingkai Nasional