Kontribusi semen Indarung bagi pembangunan infrastruktur di Indonesia maupun masyarakat Sumatra Barat merentang sejak era kolonial hingga Orde Baru.
Indonesia kembali menjadi sorotan dunia. Salah satu warisan budaya di tanah Minangkabau, Sumatra Barat, kini diakui sebaga warisan dokumentasi sejarah dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Kepedulian dari BUMN Semen Padang atas pengarsipan rekam jejak situs Pabrik Indarung I dari 1910–1972 mendapatkan apresiasi dari Memory of the World Committee for Asia and the Pacific (MOWCAP) oleh UNESCO.
Sertifikat MOWCAP itu diserahkan oleh Chair MOWCAP Kwibae Kim, setelah Kepala Unit Humas dan Kesekretariatan PT Semen Padang Nur Anita Rahmawati yang hadir mewakili manajemen perusahaan menyampaikan presentasi nominator di hadapan sidang umum Regional MOWCAPdi Ulaanbaatar, Mongolia, Rabu (8/5/2024). Dalam keterangan persnya, Direktur Utama PT Semen Padang Indrieffouny Indra mengungkapkan, ditetapkannya arsip Pabrik Indarung I sebagai MOWCAP oleh UNESCO, merupakan buah dari kerja keras yang telah dilakukan selama ini.
Mulai dari pengumpulan dan penyusunan dokumen atau arsip, hingga ke pendaftaran MOWCAP. Semua itu membutuhkan proses yang sangat panjang. Sejak ditetapkan bangunannya sebagai Cagar Budaya Nasional, lalu pada 23 Mei 2023 resmi oleh Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI) sebagai Warisan Kolektif Bangsa (MKB).
Penetapan arsip Indarung di MOWCAP bukanlah langkah akhir. Setelah ini aset bangsa tersebut akan terus diperjuangkan agar menjadi Memory of The World (MOW). “Jadi, setelah MOWCAP dari UNESCO ini, kami akan lanjut ke MOW, sehingga arsip dari Pabrik Indarung I ini bisa menjadi sejarah bagi dunia. Ini target kami selanjutnya. Untuk itu, kami juga berharap dukungan dari semua pihak, termasuk dari Arsip Nasional Republik Indonesia,” ujar Nur Anita menambahkan.
Sisi lain dari pengakuan UNESCO menunjukkan adanya endorsemen pengenalan sisi Indonesia tidak hanya PT Semen Padang, tapi juga Indonesia di luar negeri. Karena, Indonesia telah menunjukkan kepeduliannya. Tidak hanya peduli di bidang budaya dan sosial, tapi juga di bidang industri.
Dokumensi pabrik semen Indarung sebagai warisan budaya menjadi penting. Indarung I merupakan merupakan pabrik semen pertama yang ada di Indonesia. Bahkan pabrik semen pertama di Asia Tenggara. Kontribusinya bagi pembangunan infrastruktur di Indonesia maupun masyarakat Sumatra Barat merentang sejak era kolonial hingga Orde Baru. Sebagai perintis industri semen nasional.
Kawasan pabrik itu berjarak 14 kilometer dari pusat Kota Padang, tepatnya berada di Kecamatan Lubuk Kilangan. Pabrik tersebut masuk kawasan PT Semen Padang. Merujuk pada situs Semen Padang, pabrik tersebut didirikan oleh Belanda pada 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM). Kemudian, perusahaan sepenuhnya menjadi milik Indonesia sesuai amanat Undang Undang No 86 tahun 1958 tentang Nasionalisasi. Dalam UU ini ditegaskan bahwa semua perusahaan milik Belanda diserahkan kepada Indonesia.
Pabrik legendaris tersebut dibangun oleh perwira Belanda berkebangsaan Jerman Carl Christophus Lau. Ide pendiriannya berawal dari penemuan batu-batu menarik oleh Lau di sekitar kota Padang. Lalu, CC Lau mengajukan pendirian pabrik semen di Indarung.
Lantas, dalam proses pendiriannya, Christophus Lau menggandeng sejumlah perusahaan untuk bermitra, yakni Firma Gebroeders Veth, Fa.Dunlop, dan Fa.Varman & Soon, pada 18 Maret 1910. NV NIPCM didirikan dengan akta notaris Johannes Pieder Smidth di Amsterdam. Awal berdirinya, NV NIPCM berkantor pusat di Prins Hendrikkade 123, Amsterdam. Kota Padang sebagai kantor cabangnya.
Sementara itu, sejarawan Mestika Zed dan kawan-kawan menulis dalam buku yang berjudul Indarung Tonggak Sejarah Industri Semen Indonesia, bahwa pabrik semen di Indarung ini menjadi tonggak sejarah industri besar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Legalitas perusahaan semen itu berdasarkan “Koninklijke Bewilliging”, pada 8 April 1910.
“Klin pertama, pabrik tersebut dapat memproduksi 76,5 ton per hari. Pada 1939, menjelang Perang Dunia II, pabrik ini mampu produksi 170.000 ton setahun, merupakan produksi tertinggi di kala itu. Waktu itu, pabrik ini memiliki kapasitas terpasang 210.000 ton,” tulis Mestika. Setelah nasionalisasi 1958, produksi Indarung I meningkat hingga 330.000 ton per tahun.
Sejak 1999 mesin pabrik Indarung I tersebut dipensiunkan dan sudah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 54/M/2023 pada 27 Februari 2023. Kawasan cagar budaya nasional Indarung tersebut kini menjadi objek wisata di Sumatra Barat.
Kawasan tersebut bisa didatangi untuk tujuan penelitian dan pembelajaran, tapi harus menghubungi PT Semen Padang karena masih berada di bawah pengawasan perusahan semen berlogo kerbau itu. Mengingat di kawasan Indarung tersebut masih beroperasi pabrik-pabrik semen generasi penerus Indarung I.
Tur pabrik, lebih-lebih pabrik Indarung menjadi “industrial heritage”, adalah salah satu bentuk wisata industri (industrial tourism) yang sangat populer dalam beberapa tahun terakhir. Seperti halnya situs tambang batu bara di Ombilin, Sawahlunto, Sumatra Barat.
Wisata ini umumnya berupa kunjungan langsung ke situs-situs dan objek yang terkait dengan proses produksi dan inovasi suatu industri. Wisata industri memberi kesempatan bagi pengunjung untuk mengetahui sejarah, budaya, dan teknologi industri yang digunakan, serta dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.
Untuk menjaga keberadaan situs dan keselamatan pengunjung, maka jumlah pengunjung tur pabrik biasanya dibatasi. Demikian pula halnya kunjungan baru boleh dilakukan setelah mendapat izin.
Satu hal, sejak berdiri pada 1910 dan berhenti beroperasi pada 1999, Pabrik Indarung I yang berada di Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatra Barat, telah memproduksi jutaan ton semen untuk memenuhi kebutuhan semen di dalam hingga luar negeri.
Barangkali publik tidak banyak mengetahui. Ada sejumlah mahakarya kebanggaan bangsa seperti Monumen Nasional (Monas), Gedung DPR/MPR dan Jembatan Semanggi di Jakarta, hingga Jembatan Ampera di Palembang, yang berdiri kokoh sampai sekarang menjadi bukti keunggulan kualitas produk dari pabrik semen di Indarung.