BANGKAPOS.COM, BANGKA — Badan Pusat Statistik (BPS) Bangka Belitung merilis Nilai Tukar Petani (NTP) Bangka Belitung terjadi penurunan yang dalam atau anjlok, pada Mei 2023.
NTP tercatat turun 5,20 persen dengan indeks sebesar 114,80.
Bahkan berdasarkan perkembangan NTP se-Sumatera, Bangka Belitung terendah.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bangka Belitung, Toto Haryanto Silitonga mengungkapkan Indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 135,27 (turun 4,60 persen) dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 117,83 (naik 0,64 persen).
“NTP ini kan dilihat dari harga yang dijual petani, sementara harga yang dibayar petani sudah distributor, sudah memperhitungkan nilai penindustrian barang. Di sini sebenarnya bagaimana agar harga gabah lebih baik lagi, agar NTP bisa naik, jaminan petani dalam hal ini padi, ada jaminan lanjutan usaha,” kata Toto, Senin (5/6/2023).
Dia menyebutkan untuk mengatasi ini perlu intervensi pemerintah dalam menentukan harga eceran tertinggi atau terendah.
“Regulasi harus duduk bersama, dari sisi pengadaan bibit dan pupuk karena akan mempengaruhi produksi petani, bahkan penindustrian, serta musim tanam juga harus diberi selang seling, kalau panen raya, pasokan banyak, harga malah turun, itu bagian harus diperhatikan,” katanya.
Dosen STIE Pertiba Pangkalpinang, Suhardi mengatakan NTP perlu mendapatkan perhatian serius dari kebijakan pemerintah,
“Sebab nilai NTP yang tinggi tentunya akan memberikan gairah mengusahakan produk-produk pertanian dan nelayan serta berdampak pada kesejahteraan para petani,” ujar Suhardi.
Dia menambahkan sebagian besar petani hidupnya di desa, gairah perekonomian desa karena petaninya memiliki daya beli tinggi tentunya akan berdampak pada konsumsi produk dan jasa lainnya di kota, sehingga meningkatnya konsumsi akan menggerakkan perekonomian daerah.
“Bantu para petani kita menjual produknya dengan harga lebih baik dan kompetitif, termasuk membuka kran ekspor atau perdagangan antar wilayah ketika produk pertanian yang mereka hasilkan telah melebihi kebutuhan lokal atau over supply,” kata Suhardi
Sumber : Bangkapos.com