Perkembangan industri dari masa ke masa telah dilalui 4 fase, dimulai semenjak abad ke-18 dengan penemuan mesin dan sistem yang membuat proses industri semakin cepat, mudah dan berkualitas. Perkembangan sangat cepat ini tidak hanya mempengaruhi dunia industri semata, namun juga turut merubah semua tatanan kehidupan manusia serta nilai-nilai sosial dengan sangat drastis.
Dilihat dari perjalanan kehidupan manusia, telah berlalu beberapa tahap. Dimulai era masyarakat Society 1.0 di mana pola hidup sangat bergantung kepada alam dan pemenuhan kebutuhan hidup dengan cara berburu serta gaya hidup nomaden. Kemudian semenjak 13.000 tahun sebelum masehi, masyarakat 2.0 (agrarian society) mulai terbentuk dari penemuan peralatan pertanian yang memungkinkan manusia menetap di suatu tempat dan mulai membentuk tatanan kehidupan kelompok masyarakat hingga terbentuknya koloni-koloni dan kemudian berkembang menjadi negara-negara. Pada akhir fase masa masyarakat 2.0 ini, muncul inovasi industri secara manual dan diikuti awal munculnya Revolusi industri 1.0, kemudian berlanjut hingga sekarang.
Sejalan dengan hal tersebut, UM Sumbar dan Fakultas Teknik khususnya, telah memulai langkah kecil menjadi bagian dari masyarakat 5.0 ini, sebagian dari contoh yang telah disebutkan sebelumnya sudah diimplementasikan walau dengan fasilitas seadanya dan masih sangat minim. Namun kami terus bergerak dan berkembang mencapai posisi ideal sekaligus meningkatkan daya saing dan pelayanan kampus. LMS, pelayanan online, hybrid learning, webinar dan lain sebagainya sudah mulai diterapkan dan akan terus dikembangkan. Diharapkan ke depannya hal ini bersama pengembangan laboratorium terutama bagi fakultas Teknik mulai menjadi perhatian lebih serius dari manajemen Universitas.
Pada Prodi Teknik Mesin sendiri, kami sedang mengembangkan metode praktikum berbasis simulasi lebih praktis dan murah bermodalkan software dan jaringan internet sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap mesin produksi. Dengan metode ini mahasiswa bebas memilih metode perkuliahan yang mereka inginkan, apakah berinteraksi langsung dengan dosen atau secara virtual sehingga mahasiswa terutama kelas karyawan yang mungkin bertugas di luar kota tetap bisa belajar dan melaksanakan praktikum walau tidak berada di kampus. Selain itu kami juga mulai mengenalkan dan memanfaatkan mesin 3D printer sebagai penerapan dari teknologi Industri 4.0 untuk kegiatan praktikum dan kewirausahaan mahasiswa serta pelayanan kepada masyarakat seperti yang sudah disinggung sebelumnya.
Bagaimana dengan masyarakat Minangkabau? Nah berhubungan dengan hal tersebut, salah satu filsafat dasar kehidupan masyarakat Minangkabau adalah Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah yang memilih Islam sebagai landasan utama dalam tata pola perilaku dan nilai-nilai kehidupan. Syariat Islam dan akidah tauhid telah diaplikasikan oleh masyarakat Minangkabau yang telah dipupuk mulai dari baso dan budi dalam ruang lingkup rumah tangga hingga kehidupan bermasyarakat. Melalui filosofi inilah masyarakat Minangkabau melihat, menyikapi dan beradaptasi dengan sistem nilai dan norma hukum dan sosial yang terjadi dan terus berkembang sepanjang perjalanan waktu. Dalam kaitannya dengan Industri 4.0, sesungguhnya perkembangan teknologi tidaklah pernah dan akan bertentangan dengan Islam karena sumber dari segala sumber ilmu itu sendiri adalah Allah S.W.T. Seperti disebutkan dan diakui para ilmuan di dalam surah Ali-Imran ayat 7 : “Dan orang-orang yang mendalami ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripada Nya) melainkan orang-orang yang berakal.
Hanya saja perilaku dari penggunanyalah yang menjadikan teknologi itu seolah-olah bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Penyimpangan perilaku hidup yang banyak diberitakan, terjadi disebabkan pemanfaatan teknologi yang tidak semestinya. Bagaimana ini bisa terjadi? Harus kita tanyakan lagi ke dalam diri kita apakah sudah kita laksanakan dan terapkan filosofi Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) pada diri kita, pada keluarga kita, pada keseharian kita dalam bermasyarakat. Pemahaman yang mendalam dan pengamalan yang tepat dari filosofi ini telah cukup bagi masyarakat untuk bergabung ke fase masyarakat 5.0 dunia. Selain itu filosofi dari Alam Takambang jadi Guru yang merupakan konsep pencarian kebenaran dan ilmu bagi orang minangkabau, dapat menjadi modal untuk mempelajari ketentuan-ketentuan yang terjadi di alam, masyarakat, hukum dan teknologi. Semua ini harus dirangkul, diserap dan dipelajari untuk kemudian disaring melalui pemahaman mendalam dengan filosofi ABS-SBK untuk kemudian diambil segala kebaikannya dan dimanfaatkan untuk memajukan keluarga, kampung, negara dan agama.
Tentunya masih dibutuhkan pemikiran dan analisis mendalam untuk hal ini yang harus segera kita mulai. Namun dari analisa dangkal akan dua filosofi ini sudah terlihat bahwa masyarakat Minangkabau seharusnya mampu untuk kembali beradaptasi dan mengambil peranan strategis dalam perkembangan IPTEK dengan industri 4.0 dan perkembangan kehidupan global masyarakat 5.0.
Semua perkembangan teknologi yang terjadi di dunia ini akan menimbulkan perubahan, pergeseran dan kemunculan norma-norma baru. Konsep masyarakat 5.0 yang dicetuskan pertama kali oleh Jepang adalah salah satu upaya untuk menangkal efek negatif yang bisa ditimbulkan Revolusi Industri 4.0. Perkembangan ini tidak akan bisa ditahan apalagi ditangkap, manusia harus mampu beradaptasi dan memanfaatkan perkembangan tersebut. Masyarakat minang sudah memiliki senjata ampuh untuk beradaptasi dengan gelombang perubahan global ini melalui filosofi alam takambang jadi guru dan Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah.
Adalah tugas kita bersama memastikan filosofi ini sudah tertanam dalam benak dan data diri pribadi serta pada anak dan kemenakan kita. Aplikasi yang tepat insya Allah akan menjadikan kita seorang insan kamil, manusia sempurna dengan adab, iman dan ilmu yang baik sehingga bermanfaat bagi umat. Kegagalan penerapan filosofi ini dikhawatirkan akan menjerumuskan generasi berikutnya menjadi “the lost generation” yang berperilaku buruk, tidak bertanggung jawab dan menghalalkan segala cara demi pencapaian tujuan mereka. Saya yakin pemahaman dan pengamalan mendalam akan filosofi masyarakat Minangkabau ini akan melindungi kita, keluarga, anak kemenakan kita dari konten-konten negatif yang akan selalu menumpang dalam setiap inovasi teknologi.