Saturday, May 18, 2024
Saturday, May 18, 2024
Home » Pertumbuhan Ekonomi Lesu, 179 Ribu Warga Sumbar Masih Pengangguran

Pertumbuhan Ekonomi Lesu, 179 Ribu Warga Sumbar Masih Pengangguran

by Yosafat Anggarini
0 comment


Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumbar merilis hingga Agustus 2023 komposisi angkatan kerja terdiri dari 2,84 juta orang bekerja dan sisanya 179,51 ribu masih pengangguran. Meski demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sumbar pada Agustus 2023 sebesar 5,94 persen, turun 0,34 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2022.

Statistisi Madya BPS Sumbar, Mila Artati, menyampaikan penduduk usia kerja pada Agustus 2023 sebanyak 4,34 juta orang, naik sebanyak 206,04 ribu (y-on-y) dibanding Agustus 2022.”Penduduk usia kerja yang berumur 15 tahun ke atas,” ujarnya dalam konferensi pers Senin (6/11) kemarin. 

Sebagian besar penduduk usia kerja itu, merupakan angkatan kerja sebanyak 3,02 juta orang (69, 61 persen). Sisanya termasuk dalam bukan angkatan kerja. Dimana yang termasuk angkatan kerja adalah yang bekerja dan pengangguran.

“Sedangkan yang bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang kegiatan utamanya sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi,” katanya. 

Penduduk yang bekerja naik 156,76 ribu (5,83 persen) dan pengangguran pada Agustus 2023, berkurang 60 ribu orang (0,33 persen) dibandingkan Agustus 2022. Untuk Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun 0,34 persen dari 6,28 persen pada Agustus 2022 menjadi 5,94 persen pada Agustus 2023.

Jika dilihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) atau persentase banyaknya angkatan kerja dengan penduduk usia kerja, maka pada Agustus 2023 sebesar 69,61 persen atau naik 0,31 persen.  Berdasarkan jenis kelamin, TPAK laki-laki sebesar 82,21 persen. Lebih tinggi dibanding TPAK perempuan sebesar 56,94 persen.  “Jika dibandingkan tahun sebelumnya, TPAK laki-laki turun 0,37 persen poin, sedangkan TPAK perempuan naik 0,66 persen poin,” ujarnya.

Untuk tingkat pendidikan, penduduk bekerja masih didominasi mereka yang berpendidikan SD ke bawah yaitu sebanyak 31,62 persen. “Sedangkan Diploma I/II/III, Diploma IV, S1, S2, S3 sebanyak 17,03 persen,” tuturnya.

Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Ekonomi Universitas Negeri Padang (UNP), Yulhendri, mengatakan bahwa ada beberapa hal yang membuat angka pengangguran di Sumbar tidak menurun secara signifikan.

“Diantaranya adalah karena pertumbuhan ekonomi kita tidak tinggi. Pertumbuhan ekonomi di Sumbar hanya sekitar 4.5 persen. Jika digali lagi, untuk menekan angka ini, kita butuh pertumbuhan ekonomi yang lebih besar sehingga bisa menyerap angkatan kerja yang selalu bertambah setiap tahun, setiap bulan bahkan setiap hari,” kata Yulhendri. 

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Jika pertumbuhan masyarakat berkurang yang mengakibatkan konsumsi rumah tangga tidak bertambah, konsumsi masyarakat secara keseluruhan tidak meningkat sehingga daya serap rendah dan otomatis konsumsi juga semakin rendah karena semakin minimnya perputaran ekonomi. 

Ia mengatakan bahwa pemerintah harus gesit agar angka pengangguran di Sumbar tidak semakin merangkak naik.  Pemerintah harus mempercepat project yang ada di pemerintah, dipercepat eksekusinya hingga akhir tahun. “Pemerintah juga harus agresif untuk membangin infrastruktur jangka panjang demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dan mengembangkan sektor-sektor yang bisa diandalkan oleh Sumbar,” ujarnya

Selanjutnya ia katakan bahwa, perencanaan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah memerlukan bukti nyata bukan hanya sekedar omongan saja.  Jangan sekadar didengung-dengungkan saja, ini demi kepentingan anak-anak nagari juga. “Contoh pembangunan infrastruktur itu pada sektor pariwisata, sektor perkebunan, pertanian dan membangun kelas-kelas baru untuk industri, sentra industri atau home industri yang didorong oleh pemerintah,” ucapnya. 

Yulhendri mengatakan, untuk menekan angka pengangguran tersebut, juga diperlukan kegigihan para pencari kerja dalam mendapatkan atau bahkan menciptakan lapangan pekerjaan.  Tentu kalau tidak ada harapan di Sumbar, maka harus bisa mencari ke luar Sumbar.

“Misalnya ke daerah tetangga seperti Kepulauan Riau (Kepri), Jambi, ke Pulau Jawa atau bahkan bisa juga ke luar negeri. Mereka harus mempersiapkan diri, jangan pergi dengan modal nekat, harus memiliki bekal dulu, harus ada kecakapan, mengasah skill, memiliki kemampuan bahasa asing jika ingin ke luar negeri. Jika penguasaan mereka luas, maka mereka akan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, otomatis penghasilannya lebih bagus. Saat mereka bekerja di luar sumbar, mereka akan bersaing dengan pekerja-pekerja yang ada di daerah tersebut,” katanya. 

Ia menilai, hal yang paling dikhawatirkan mengingat banyaknya jumlah pengangguran di Sumbar adalah munculnya masalah sosial.  Masalah sosial akan muncul dimanapun, baik di lingkungan masyarakat luas maupun dalam keluarga.

“Contoh masalah sosial di masyarakat seperti meningkatnya kriminalitas, kegaduhan yang terjadi sana sini karena si penganggur tidak memiliki aktivitas bekerja. Kemudian akan timbul juga permasalahan sosial dalam keluarga, yang bekerja menanggung hidup orang yang tidak bekerja akhirnya terjadi permasalahan-permasalahan dalam lingkup kekeluargaan,” tutur Yulhendri.

Sektor Pertanian Tak Diminati 

Di sisi lain, Pengamat Ekonomi dari UIN Imam Bonjol, Hurriatul Akmal, menyebut masih adanya angka pengangguran di Sumbar sebanyak 179,51 ribu karena tidak banyak industri besar yang akan menyerap tenaga kerja di Sumbar. Sehingga penyumbang PDRB terbesar masih didominasi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Serta pendukung sektor perdagangan dan jasa.

“Kemudian sektor pertanian serapannya terbanyak dari tingkat pendidikan SD ke bawah. Angkatan kerja yang ada yang banyak lulusan perguruan tinggi jarang yang kembali masuk ke sektor pertanian yang jadi kontribusi terbesar serapan tenaga kerja tadi,” ujarnya kepada Haluan Selasa (7/11).

Sehingga yang perlu didorong sekarang adalah tenaga kerja yang berada dalam ekonomi kreatif. Misalkan tenaga kerja di industri kreatif. “Persoalannya, di dinas-dinas banyak tidak terdata, karena mereka rata-rata bekerja mandiri. Ke depan bagaimana perlu pemetaan dan pendataan lebih serius agar angkatan kerja di sektor ekonomi kreatif seperti itu terakomodir dalam angka statistik,” katanya.

Perkembangan data, sambungnya, tidak akan jauh berubah dari waktu ke waktu. Beberapa waktu ke depan pun, di Sumbar masih pertanian yang menjadi penyumbang PDRB terbesar. 

Selain itu, industri jasa juga diprediksi akan berkembang jauh, seperti sekarang berapa banyak tenaga kerja yang diserap oleh Maxim, Gojek. “Mereka bekerja tapi kita tidak tahu apakah mereka terdata atau tidak terdata,” ujarnya.

Ke depan perlu perhatian industri kreatif dan jasa seperti driver ojol, kurir makanan yang masuk kategori apa. Sebab secara nilai ekonomi, pekerjaan tersebut juga besar dan menyerap tenaga kerja. 

“Apakah itu tercover kita tidak tahu. Kita lihat parameter lapangan pekerjaan menjadi semakin berkembang. Selain itu, hari ini orang sudah terbiasa bekerja dengan hybrid, tidak hanya fokus pada satu sektor pekerjaan,” katanya. 

Sumber : Harian Haluan

You may also like

Soledad is the Best Newspaper and Magazine WordPress Theme with tons of options and demos ready to import. This theme is perfect for blogs and excellent for online stores, news, magazine or review sites. Buy Soledad now!

Padang Berita, A Media Company – All Right Reserved.