Jakarta: Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa Indonesia harus mencontoh Korea Selatan dan Taiwan yang kini telah menyandang predikat negara maju. Jokowi mengatakan dua negara Asia Timur itu bisa berkembang begitu cepat karena memiliki karakteristik yang kuat dalam mengelola perekonomian.
Sebagaimana diketahui, Korea Selatan memiliki industri andalan berupa komponen-komponen digital yang sangat canggih. Taiwan juga dikenal sebagai produsen cip semikonduktor terbesar di dunia. Kedua negara itu memasok produk-produk yang menjadi kunci dan sangat krusial bagi dunia saat ini.
“Saya melihat kenapa Korea Selatan, Taiwan, bisa melompat maju karena mereka memiliki barang, memiliki produk dan negara-negara lain bergantung pada mereka,” ujar Jokowi saat membuka Muktamar PP Pemuda Muhammadiyah di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu, 22 Februari 2023.
Indonesia menurutnya sangat mampu untuk menapaki jalan yang sama seperti Korea Selatan dan Taiwan. Pasalnya, Bumi Pertiwi dianugerahi sumber daya alam yang begitu besar dengan manfaat yang luar biasa.
Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Nikel merupakan bahan baku untuk produk baterai yang tentu saja sangat dibutuhkan banyak industri dunia, terutama kendaraan listrik.
“Nikel kita punya, tembaga kita memiliki, timah kita memiliki, semua komponen yang dibutuhkan mobil listrik itu ada di Indonesia. Sekarang yang dibutuhkan hanya bagaimana mengintegrasikan itu semua,” ujar mantan wali kota Surakarta itu.
Tidak hanya nikel, sejumlah bahan mineral yang juga merupakan bahan baku kendaraan listrik tersedia di Tanah Air, seperti timah, bauksit dan tembaga. “Nikel di Sulawesi, tembaga di Sumbawa dan Papua, bauksit di di Kepulauan Riau, semua harus bisa diintegrasikan menjadi barang yang namanya baterai dan ekosistem mobil listrik yang lebih besar lagi,” lanjut dia.
Jika sumber daya manusia di Tanah Air bisa mengolah semua sumber daya alam itu menjadi barang jadi dan mengintegrasikan mereka dengan baik, Kepala Negara menjamin Indonesia akan menjadi negara maju dan bersanding dengan Korea Selatan, Taiwan, bahkan Jepang di Asia. Dengan membangun hilirisasi, Indonesia akan memperoleh nilai tambah yang begitu besar.
Sebagai contoh adalah nikel. Ketika larangan ekspor mentah belum diterapkan, nilai jual yang dikantongi Indonesia hanya sekitar Rp17 triliun per tahun. Namun, ketika ekspor bahan mentah dilarang dan nikel harus diolah dulu di dalam negeri, pendapatan yang masuk naik menjadi Rp450 triliun setahun.
“Nikel menjadi baterai kendaraan listrik itu bisa 67 kali lipat nilai tambahnya. Bauksit jadi panel surya bisa 194 kali lipat. Tembaga jadi elektro motor bisa 77 kali lipat. Belum yang produk kelautan, perkebunan. Apa mau kita teru-teruskan ekspor bahan mentah? Tidak! Setop!” ungkapnya.
Sumber: Medcom.id